Rabu, 12 Desember 2012

Nyanyian Bisu Biolaku



Malamku:
aku takut kehilangan malamku/kehilangan segala kesunyian/gelap yang membujur sepi/rembulan yang indah menggelantung di bibir langit/dan kejora bintang bertaburan/aku takut malamku dibakar mentari/sementara kopi masih menyisakan banyak katakata/atau rokok terakhirku yang penuh gelora/malamku adalah hidup yang penuh kedamaian/seteguk rindu akan gugur olehnya/hembus angin akan melenyap gelisah/dan akan lahir banyak cerita/malamku seperti wajah kekasih yang selalu kau gumamkan/tersemat dalam setiap doa/tapi malamku akan tetap berlalu/subuh akan membangunkan segala kenikmatan/malamku harus pergi memikul beban pagi/mungkin aku terlanjur mencintai malam/sehingga tak ada ruang untuk seseorang/atau rembulan sudah menutupnya rapat/

Nyanyian Bisu Biolaku:
aku tergeletak di atas meja bersama tumpukan buku/kadang berdebu lalu kau hanya bersihkan/satu-dua kepinding mengintip dari balik lembaran kusam/kau masih asik dengan kepulan asap/sebatang-dua-tiga kini tinggal puntung di kotak asbak/kau keasikan menulis kehidupan/seperti aku kau campakan/tuts-tuts itu telah merampas jarimu/jari yang pernah meremas leherku/memainkan setiap denting senarku/lalu sekarang aku hanya berdiri/menatap sepi/melihat kau yang semakin kurus dimakan kenangan/tertawa meledeki nasib malam/sementara aku kau biarkan/menangis tanpa nada/bisu tanpa suara/lalu kapan kau do-re-mi-kan?.

Rindu:
rindu adalah musim semi yang sendu/seperti jarak yang memutus kenangan/di sini tak ada hujan/sehingga daun-daun itu menjelma wajahmu/mungkin aku adalah gerimis yang selalu kau tadah/rindu juga goresan nada yang menyayat/selalu mendebarkan/apakah di sana cukup memandang rembulan?/sedang aku meninggalkan banyak sajak/rindu adalah kenikmatan sekaligus penderitaan/aku ingat kau menjatuhkan senyum/sekarang aku kehilangan separuh jiwa/jangan pernah berkata kapan kita bersua/cukup pejamkan mata lalu aku ada di jangtungmu/ sekarang juga!/

Kota Kenangan:
seiring angin berhembus melewati pagar musim/lalu dermaga yang memuat butir kenangan itu mulai menengah/cepat kau basuh mimpi!/kita akan segera jemput rembulan/merendamnya sampai relung palingdalam/mungkinkah aku rindu pada Nil yang tenang dan diam/tapi kamu enggan bertemu anjing-anjing bodoh itu/atau bau bacin di sepanjang jalan/ padahal ini adalah kota kenangan/kota yang hujan katakata/kau selalu sematkan doa/sedang aku hanya menulis sajak tentang kau dan kota kenangan ini/

Cinta:
jangan kau tanya apa itu cinta/sebab aku tak sanggup menjawab/disana ada ribuan bahkan jutaan makna/senyum yang mengembang di taman sama dengan air mata yang kau tumpahkan di kamar/cinta bukan logika, lalu apa?/entahlah!/cinta bukan apa dan siapa/cinta hanya kerumitan kata/barangkali sedikit bisa disentuh rasa/itu pun entah rasa yang mana/cinta memang bulat!/itu sebabnya aku lebih suka menghitung bintang daripada menjawab pertanyaanmu, apa itu cinta?/

Gerimis:
kau adalah gerimis yang jarang kutemui di kota ini/bahkan setahun hanya dua kali: sebagai awal bergantinya musim/lalu malam ini mendadak gerimis turun membawa namamu/setiap tetesnya membentuk siluet wajahmu/entah gerimis kali ini datang darimana/langit tak mendung/tapi sekuntum mawar basah oleh air kenangan/sedangkan udara begitu menyejukan/kau telah lama membuat taman di jantungku/kau juga telah sekian lama tak menyiramnya/hingga tumbuh duri-duri menyakitkan: kembang-kembang kepiluan/lalu malam ini gerimis datang/aku harap ini airmata yang kau kumpulkan/untuk membayar segala kepedihan/

Kairo, 2012.