Malamku:
aku takut
kehilangan malamku/kehilangan segala kesunyian/gelap yang membujur
sepi/rembulan yang indah menggelantung di bibir langit/dan kejora bintang
bertaburan/aku takut malamku dibakar mentari/sementara kopi masih menyisakan
banyak katakata/atau rokok terakhirku yang penuh gelora/malamku adalah hidup
yang penuh kedamaian/seteguk rindu akan gugur olehnya/hembus angin akan
melenyap gelisah/dan akan lahir banyak cerita/malamku seperti wajah kekasih
yang selalu kau gumamkan/tersemat dalam setiap doa/tapi malamku akan tetap
berlalu/subuh akan membangunkan segala kenikmatan/malamku harus pergi memikul
beban pagi/mungkin aku terlanjur mencintai malam/sehingga tak ada ruang untuk
seseorang/atau rembulan sudah menutupnya rapat/
Nyanyian
Bisu Biolaku:
aku
tergeletak di atas meja bersama tumpukan buku/kadang berdebu lalu kau hanya
bersihkan/satu-dua kepinding mengintip dari balik lembaran kusam/kau masih asik
dengan kepulan asap/sebatang-dua-tiga kini tinggal puntung di kotak asbak/kau
keasikan menulis kehidupan/seperti aku kau campakan/tuts-tuts itu telah
merampas jarimu/jari yang pernah meremas leherku/memainkan setiap denting
senarku/lalu sekarang aku hanya berdiri/menatap sepi/melihat kau yang semakin
kurus dimakan kenangan/tertawa meledeki nasib malam/sementara aku kau
biarkan/menangis tanpa nada/bisu tanpa suara/lalu kapan kau do-re-mi-kan?.
Rindu:
rindu adalah
musim semi yang sendu/seperti jarak yang memutus kenangan/di sini tak ada
hujan/sehingga daun-daun itu menjelma wajahmu/mungkin aku adalah gerimis yang
selalu kau tadah/rindu juga goresan nada yang menyayat/selalu
mendebarkan/apakah di sana cukup memandang rembulan?/sedang aku meninggalkan
banyak sajak/rindu adalah kenikmatan sekaligus penderitaan/aku ingat kau
menjatuhkan senyum/sekarang aku kehilangan separuh jiwa/jangan pernah berkata
kapan kita bersua/cukup pejamkan mata lalu aku ada di jangtungmu/ sekarang
juga!/
Kota
Kenangan:
seiring
angin berhembus melewati pagar musim/lalu dermaga yang memuat butir kenangan
itu mulai menengah/cepat kau basuh mimpi!/kita akan segera jemput
rembulan/merendamnya sampai relung palingdalam/mungkinkah aku rindu pada Nil
yang tenang dan diam/tapi kamu enggan bertemu anjing-anjing bodoh itu/atau bau
bacin di sepanjang jalan/ padahal ini adalah kota kenangan/kota yang hujan
katakata/kau selalu sematkan doa/sedang aku hanya menulis sajak tentang kau dan
kota kenangan ini/
Cinta:
jangan kau
tanya apa itu cinta/sebab aku tak sanggup menjawab/disana ada ribuan bahkan
jutaan makna/senyum yang mengembang di taman sama dengan air mata yang kau
tumpahkan di kamar/cinta bukan logika, lalu apa?/entahlah!/cinta bukan apa dan
siapa/cinta hanya kerumitan kata/barangkali sedikit bisa disentuh rasa/itu pun
entah rasa yang mana/cinta memang bulat!/itu sebabnya aku lebih suka menghitung
bintang daripada menjawab pertanyaanmu, apa itu cinta?/
Gerimis:
kau adalah
gerimis yang jarang kutemui di kota ini/bahkan setahun hanya dua kali: sebagai
awal bergantinya musim/lalu malam ini mendadak gerimis turun membawa
namamu/setiap tetesnya membentuk siluet wajahmu/entah gerimis kali ini datang
darimana/langit tak mendung/tapi sekuntum mawar basah oleh air
kenangan/sedangkan udara begitu menyejukan/kau telah lama membuat taman di
jantungku/kau juga telah sekian lama tak menyiramnya/hingga tumbuh duri-duri
menyakitkan: kembang-kembang kepiluan/lalu malam ini gerimis datang/aku harap
ini airmata yang kau kumpulkan/untuk membayar segala kepedihan/
Kairo, 2012.