Minggu, 28 April 2013

Musim Dingin dan Kenangan


Apa yang kau pikirkan tentang musim dingin? Apakah sekedar angin yang menusuk tulang, suhu paling rendah, air seperti salju atau justru selaksa kabut awan? Kalau cuma itu jawabannya, aku tidak sependapat. Masih ada yang terlupa, yaitu kenangan. Dia selalu datang bersama musim dingin. Selalu.

Kalau kau menyanggah lalu berkata bahwa kenangan akan datang di musim apasaja, termasuk di musim panas. Mungkin benar. Tidak harus menunggu musim dingin, kenangan pun pasti datang tatlakala bertemu sesuatu yang menghubungkannya. Namun aku ragu kalau itu samasekali tak sebanding dengan kenangan di musim dingin. Tak seberapa! Dan selama perjalanan hidup ini, aku sadar, hanya kenangan di musim dingin yang patut diperhitungkan!

Mungkin aku akan kerepotan kalau ada yang menanyakan detil tentang jenis kenangan itu. Apakah semua yang dianggapnya kenangan? Atau kenangan yang berhubungan dengan perempuan saja? Atau, atau ada hal lain?. Entahlah, aku tak dapat merincinya.  Tapi aku samasekali tidak membedakan jenis kenangan, barangkali yang kumaksud adalah kenangan yang melahirkan tulisan. Kenangan yang kalau diingat akan menyuruh kita menulis. Menulis apa saja, cerpen, sajak, puisi atau pun prosa. Ya, kenangan semacam itu.

Itulah muasal kenapa musim dingin gandrung dengan katakata. Pada awalnya ialah sekotak kenangan, yang setiap orang selalu ingin mengabadikan kenangan dalam hidupnya. Sedangkan tak ada alat sehebat apapun untuk merekam kenangan, kecuali sebuah tulisan. Ya, kecuali katakata. Ia abadi sepanjang masa. Melebur bersama semesta. Bukan kenangan kalau ia sendiri tanpa tulisan. Tanpa tulisan pun kenangan hanya sekedar bualan!

Desember 2012