Selasa, 07 Mei 2013

Tidak Sia-Sia



Malam ini saya baru pulang dari acara pelantikan ketua KSW periode 2013. Sebagai warga biasa yang tidak menjabat pengurus saya kaget sekaligus bertanya-tanya, perihal pelantikan tersebut. Tapi pertanyaan-pertanyaan itu kemudian sedikit terjawab setelah mendengar berita acara yang dibacakan oleh salah satu perwakilan MPA. Berita acara itu sebuah kronologi kisah dari awal hingga keputusan pengunduran diri dari ketua. Walaupun masih ada beberapa hal penting yang menurut saya belum disampaikan kepada warga, yaitu soal jatah pembagian temus. Saya kira warga perlu tahu semuanya secara mendetil.

Kronologi itu bermula dari kisah beberapa orang yang menyodorkan empat puluh tanda tangan warga kepada MPA, meminta agar ketua KSW mundur dari kursi jabatan. Tentu jumlah empat puluh ini tidak sebanding dengan jumlah warga KSW keseluruhan yang tidak ikut menandatangani, termasuk saya dan kawan-kawan yang lain. Inilah awal dari sekian rentetan yang mengakibatkan ketua KSW mengundurkan diri. Adapun motif mereka menandatangani (juga pembuatan surat tuntutan itu) saya tidak punya hak bersuara, karena memang saya tidak terlalu tahu secara mendalam apa yang sesungguhnya sedang terjadi di dalam tubuh KSW. Ditambah saya bukan Dewan Pengurus (DP).

Tapi sebagai warga biasa saya masih punya hak berusara. Dari jumlah empat puluh warga yang menandatangani ada tiga belas DP yang turut serta. Sebagai satuan kabinet sebaiknya DP justru kordinasi terlebih dulu kepada ketua. Walau bagaimanapun sejak pelantikan periode kepengurusan maka para DP itu sudah menjadi kesatuan wadah untuk bersama-sama memajukan KSW. Jadi langkah DP yang secara diam-diam ikut menandatangani surat itu, secara organisasi salah dan menyimpang dari jalur.

Sejauh mana ketiga belas DP itu berkhidmat ke pada KSW? Sampai berani menuntut ketuanya untuk mundur. Pengalaman saya di KSW ituh, hampir seluruh agenda atau acara di letakan secara besar kepada ketua. Saya kira di kekeluargaan-kekeluargaan yang lain pun demikian. Karena alasan temus dan yang lain. Jadi memang organisasi kekeluargaan kita tidak profesional, karena belum tentu yang professional itu baik untuk sesama. Maka menitikberatkan ketua dengan seabreg tugas adalah hal yang wajar dan melogika. Kalau mau akademisi-akademisian, saya bisa minta beberapa DP yang ‘bandel’ untuk turun dari jabatan. Tapi tuntutan itu tentu dianggap aneh dan mengada-ada. Maka meminta mundur ketua KSW dengan alasan-alasan –yang bahkan tidak disebutkan di acara pelantikan tadi, adalah hal yang bagi saya cukup aneh.

Walau kemudian akhrinya pengunduran diri justru datang dari ketua, sebelum tuntutan diputuskan oleh MPA, sebagai lembaga tertinggi. Berbagai pujian dan apresiasi datang dari mana-mana, sikap pengunduran ini sungguh kesatria dan jentel. Tapi sejarah tidak akan lupa hanya karena pujian-pujian gombal, yang menurut saya tidak berdampak apa-apa. Tetap saja kejadian ini jadi slentikan yang cukup keras untuk kita semua agar tidak gegabah dalam mengambil langkah. 

Selanjutnya sebagai warga saya hanya bisa berharap, semoga pelantikan ketua baru –yang kurang lebih masih sisa 4 bulan- menghasilkan gebrakan baru untuk membawa KSW lebih dicintai warganya. Dan acara pelantikan malam ini sungguh tidak sia-sia!

 11:00
 Kairo, 7 Mei 2013.